BinjaiTech - Kanker tulang menempati prevalensi terbanyak ketiga di Indonesia (0,9 per 100.000 orang). Beberapa literatur juga menunjukkan jenis kanker tulang sekunder lebih banyak terjadi. Metastasis tulang atau penyebaran sel-sel kanker yang berasal dari kanker payudara, ginjal, paru-paru, prostat, tyroid dan myeloma.
Dokter Tulang Warsito Purwo Taruno bersama C-Tech Labs, Edwar Technology mengeluarkan teknologi terbaru yang telah mendapatkan pengakuan dunia dan digunakan di Amerika Serikat dan Jepang.
"Kerja alat ini dengan menggunakan medan listrik yang dapat menarik kepinggir mikrotubula," katanya dalam Seminar Hari Kanker Tulang Indonesia di Menara Top Food, Tangerang, Sabtu (11/4/2015).
Prinsip kerja ECCT, jelasnya, menggunakan medan listrik arus bolak balik berfrekuensi dan intensitas rendah. ECCT membunuh sel kanker saat sel itu mengalami mitosis (pembelahan) sehingga terjadi Apoptosis (proses mematikan sel). Sel-sel yang mati akan pecah dan diserap oleh tubuh kemudian di buang lewat keringat, urin dan feses.
"Tapi, alat ini masih ada kekurangan yakni alat ini sangat efektif apabila digunakan untuk kanker yang besarnya tidak lebih dari 3-5cm," ungkapnya.
Sedangkan, terangnya, untuk yang lebih dari 5cm, ECCT hanya efektif untuk mencegah tidak terjadinya metastasis di paru-paru dan otak. Akan tetapi, kendalanya adalah pembuangan massa yang meleleh karena alat tersebut seringkali perlu dilakukan operasi/amputasi diteruskan dengan pemakaian ECCT kembali untuk membersihkan atau mencegah penyebaran ke organ lain.
"Terapi ECCT dilakukan dalam kurun waktu 4-6 bulan secara berkelanjutan dan dengan rutin melakukan pengecekan ke dokter tulang," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar