Rabu, 19 November 2014

Ilham Habibie: Pesawat Kita Susah Menang Bersaing dengan Airbus dan Boeing

Binjai Tech - Putra BJ Habibie, yaitu Ilham A. Habibie sedang mengembangkan pesawat terbang dari generasi terbaru N250 yaitu pesawat R80. Pesawat R80 merupakan pesawat yang tak memakai mesin jet, tetapi memakai mesin baling-baling.

Menurut Ilham, Indonesia tidak perlu masuk ke pasar pesawat bermesin jet karena segmen pasar ini sudah dikuasai produsen pesawat "raksasa" Boeing dan Airbus. Menurutnya konsep pesawat baling-baling sangat cocok untuk kepulauan Indonesia dan lebih hemat bahan bakar daripada pesawat mesin jet.

"Pesawat R80, kita pilih satu sektor. Nggak sedahsyat jet. Penumpang di bawah 100. Kalau kita berhadapaan dengan Airbus dan Boeing, kita susah menang," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Riset dan Teknologi Ilham A. Habibie pada acara transportasi CENS UI di Nine Ballroom UOB Plaza Jakarta, Rabu (19/11).

Ilham mengungkapkan pihaknya sedang melakukan persiapan desain pesawat R80. Pesawat R80 nantinya akan berhadapan dengan pesawat baling-baling buatan ATR (Prancis) hingga Bombardier (Kanada) yang telah masuk ke Indonesia.

"Kita bicara propeller (baling-baling) sudah ada Bombardier dan ATR. Itu pesawat ATR yang paling laku di Indonesia. Kalau kita bandingkan desain mirip dengan ATR. Kita buat yang lebih besar. Pangsa pasar pesawat baling-baling yang besar, nggak langsung kita rebut," jelasnya.

Konsep pesawat baling-baling, tipe R80, sangat sesuai untuk penerbangan jarak pendek seperti di bawah 500 Km. Apalagi Indonesia memiliki 301 bandara, dan potensi daya beli masyarakat Indonesia yang terus meningkat.

"Pesawat terbang sangat hidup di Indonesia. Kita bangun di Indonesia jawab tantangan ini. Ada beberapa studi dan artikel di dunia. Tren ke turboprop besar. Kita buat 80 seater meningkat ke 100 seater," paparnya.

Pesawat R80 baru mulai diproduksi pada tahun 2018 sedangkan desain detail pesawat baru tuntas tahun 2016. Meskipun belum berwujud purwarupa, sebanyak 145 unit R80 sudah memperoleh komitmen untuk dibeli atau letter of intent (LoI) dari 3 maskapai nasional.

"Harga pesawat sekitar US$ 22-25 juta per unit," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar